Peringatan Hari Kesehatan Mental Sedunia (World Mental Health Day) yang jatuh pada tanggal 10 Oktober setiap tahun merupakan momentum penting untuk mengajak masyarakat lebih peduli terhadap isu kesehatan mental. Perayaan ini bukan sekadar seremonial, melainkan upaya nyata untuk menghapus stigma, membuka ruang dialog, dan menumbuhkan kesadaran akan pentingnya menjaga keseimbangan psikologis di tengah tantangan hidup yang semakin kompleks.
Data terbaru Kementerian Kesehatan RI tahun 2023 mengungkap fakta yang cukup memprihatinkan mengenai kondisi kesehatan mental masyarakat Indonesia. Sekitar 20% penduduk atau setara dengan 54 juta orang tercatat mengalami gangguan mental emosional, sebuah angka yang tidak bisa dipandang sebelah mata. Lebih mengejutkan lagi, 9,8% remaja pernah memiliki pikiran untuk mengakhiri hidupnya, menunjukkan betapa seriusnya persoalan kesehatan jiwa pada generasi muda. Namun, hanya sekitar 8% dari mereka yang benar-benar mendapatkan penanganan profesional, sementara selebihnya masih belum memperoleh akses layanan yang memadai.
Setiap tahunnya, lebih dari 2.000 kasus bunuh diri pun dilaporkan, menandakan bahwa masalah ini tidak hanya menyentuh ranah psikologis individu, tetapi juga berdampak luas pada keluarga dan masyarakat. Menurut survei yang dilakukan oleh I-NAMHS (Indonesia National Adolescent Mental Health Survey) tahun 2022 menunjukkan sebanyak 15.5 juta atau sekitar 34.9% remaja mengalami masalah kesehatan mental. Kemudian, data dari WHO juga menunjukkan 1 di antara 7 anak berusia 10-19 tahun mengalami masalah kesehatan mental.
Pada tahun 2025 ini kami mengangkat tema “Speak Up for Mental Health: Mengenali Tanda, Menghapus Stigma”. Tema ini bukan hanya sekadar slogan, melainkan sebuah ajakan universal untuk menumbuhkan keberanian berbicara mengenai kondisi psikologis yang sering disembunyikan karena rasa takut, stigma, atau ketidakpahaman lingkungan.
Banyak orang masih memilih diam meski mengalami depresi, kecemasan, atau stres berat, karena khawatir akan dipandang lemah atau dianggap tidak mampu mengatasi masalahnya sendiri. Padahal, diam justru kerap memperburuk beban batin dan membuat seseorang semakin terisolasi. Dengan mengangkat tema ini, masyarakat global didorong untuk menyadari bahwa berbicara tentang kesehatan mental bukanlah tanda kelemahan, melainkan bentuk kekuatan dan langkah awal menuju pemulihan. Suara yang disuarakan dapat membuka akses terhadap dukungan sosial, layanan profesional, serta solidaritas dari lingkungan sekitar. Keberanian satu orang untuk bercerita juga bisa menjadi inspirasi bagi orang lain yang mengalami hal serupa agar tidak merasa sendirian.
Sebagai bentuk partisipasi, Laboratorium Klinis menyelenggarakan serangkaian kegiatan dalam rangka memperingati WMHD 2025. Acara dibuka oleh Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Humaniora, Ibu Dr. Erika Setyanti Kusumaputri, S.Psi., M.Si., serta dihadiri oleh Kepala Program Studi Psikologi, Ibu Denisa Apriliawati, S.Psi., M.Res., Kepala Laboratorium Psikologi, Bapak Aditya Dedy Nugraha., M.Psi, beserta dosen dan mahasiswa.
Adapun kegiatan utama yang dilaksanakan antara lain:
1) Upacara World Mental Health Day 2025
Program Studi Psikologi UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta menyelenggarakan kegiatan upacara pembukaan sebagai simbol dimulainya seluruh rangkaian acara. Upacara ini diawali dengan pembukaan, kemudian menyanyikan lagu Indonesia Raya, Mars UIN Sunan Kalijaga, dan Hymne Psikologi. Selanjutnya, acara dilanjutkan dengan sambutan dari kaprodi psikologi UIN dan panitia, serta prosesi pemukulan gong secara simbolik sebagai tanda peresmian kegiatan World Mental Health Day 2025. Upacara ditutup dengan sesi dokumentasi bersama seluruh peserta dan tamu undangan. Kegiatan ini menjadi momentum untuk menumbuhkan semangat kebersamaan dan meningkatkan kesadaran akan pentingnya menjaga kesehatan mental di lingkungan kampus.
2) Campaign
Setelah pelaksanaan upacara, kegiatan dilanjutkan dengan campaignyang bertujuan untuk menyebarkan pesan positif mengenai pentingnya kesehatan mental. Dalam kegiatan ini, mahasiswa Psikologi membagikan permen dangreeting card kepada mahasiswa dari berbagai fakultas di lingkungan kampus UIN Sunan Kalijaga. Greeting card berisi kata-kata motivasi, pesan afirmasi, dan ajakan untuk saling mendukung kesejahteraan psikologis satu sama lain. Melalui kegiatan sederhana namun bermakna ini, diharapkan tercipta suasana kampus yang lebih hangat, penuh kepedulian, serta mendorong setiap individu untuk lebih memperhatikan dan menghargai kesehatan mentalnya maupun orang lain.
3) Talkshow dengan tema “Speak Up for Mental Health: Mengenali Tanda, Menghapus Stigma” pada 10 Oktober 2025.
Seminar diawali dengan pembukaan dan sambutan dari ketua laboratorium psikologi klinis, pembina laboratorium psikologi klinis, dan kaprodi psikologi fakultas ilmu sosial dan humaniora. Acara ini menghadirkan dua narasumber, yaitu:
- Sabiqotul Husna, S.Psi., M.Sc. dosen psikologi UIN Sunan Kalijaga Yogayakrta yang membahas mengenai kesehatan mental dari sisi biopsikologi.
- Adib Ahmad, S.Psi., M.A., dosen psikologi UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta, yang memaparkan mengenai kesehatan mental dari sisi sosial.
Rangkaian kegiatan ini diikuti oleh sekitar 70 peserta dari berbagai universitas di Yogyakarta, di antaranya, Universitas Mercu Buana, Universitas Teknologi Yogyakrta, serta masyarakat umum. Antusiasme peserta menunjukkan bahwa isu kesehatan mental semakin mendapat perhatian luas.
Melalui peringatan WMHD 2025 ini, diharapkan lahir kesadaran baru bahwa berbicara tentang kesehatan mental bukanlah tanda kelemahan, melainkan langkah berani menuju pemulihan. Acara ini diharapkan dapat menginspirasi masyarakat untuk bersama-sama menciptakan ekosistem yang mendukung, saling memahami, dan peduli pada kesehatan mental bagi semua kalangan.