[BERITA ACARA] Sadari Diri, Lawan Panik: SEMIFORSIONAL 2025 Mengajak Generasi Muda Atasi Panic Attack Melalui Kesadaran Diri

Bravo Psikologi – Forum Kajian Psikologi (FORSI) Fakultas Psikologi UIN Raden Fatah Palembang kembali menyelenggarakan kegiatan unggulan tahunan mereka yaitu Seminar FORSI Nasional (SEMIFORSIONAL) 2025, pada hari Senin, 23 Juni 2025.

Seminar ilmiah ini merupakan program kerja Divisi Pendidikan dan Pengkajian FORSI yang bertujuan meningkatkan literasi psikologis serta menjadi wadah refleksi terhadap isu-isu kesehatan mental yang berkembang, khususnya di kalangan pelajar dan mahasiswa. Mengusung tema “Mengenali Bayangan Diri: Menghadapi Panic Attack dengan Kesadaran Diri”, kegiatan ini dihadiri oleh siswa-siswi tingkat SMA/sederajat, mahasiswa dari berbagai kampus, serta pengurus organisasi kemahasiswaan.

Turut hadir dalam acara ini para pimpinan Fakultas Psikologi, di antaranya Dekan Fakultas Psikologi Prof. Dr. Fajri Ismail, M.Pd.I, Ketua Program Studi Sarah Afifah, M.A., Sekretaris Prodi Dwi Despiana, M.Psi., Psikolog, serta Pembina BSO dan OMIK Rizka Kurniawati, S.Psi., M.Si, staf tendik, dan jajaran lainnya. Acara dibuka secara resmi oleh MC M. Rifky Hanafi Zen dan Alya Putri Mustika, dilanjutkan dengan pembacaan Kalam Ilahi dan sari tilawah oleh Idelia Selarani dan Nazwa Khaifa Salsabilla. Seluruh hadirin kemudian bersama-sama menyanyikan lagu Indonesia Raya, Mars UIN, dan Hymne Psikologi.

Ketua pelaksana, Fakhira Zaharani, dalam laporannya menyampaikan bahwa ini merupakan penyelenggaraan keempat SEMIFORSIONAL. Tahun ini, kegiatan dirancang dengan sistem hybrid guna menjangkau peserta yang lebih luas, termasuk siswa yang berminat mendalami psikologi dan mahasiswa dari berbagai kampus. Acara ini juga menghadirkan sesi roleplay untuk membangun pengalaman reflektif peserta. Ketua Umum FORSI, Miftahul Jannah, dalam sambutannya menjelaskan bahwa tema dipilih karena remaja seringkali kesulitan menghadapi panic attack. Ia berharap kegiatan ini dapat membuka ruang edukasi dan diskusi yang sehat untuk menghadapi kondisi tersebut.

Keynote speaker, Febri Zulian S., selaku Founder BG Kesehatan Palembang, menekankan pentingnya mengenal diri sebagai fondasi menyelesaikan problematika kehidupan. Ia juga menyampaikan pesan dari Walikota Palembang, Ratu Dewa, yang mendukung penuh kegiatan ini serta berpesan agar anak muda memperkuat penghormatan kepada orang tua, terutama ibu, sebagai kunci kemajuan. Dekan Fakultas Psikologi, Prof. Dr. Fajri Ismail, M.Pd.I, dalam sambutannya menegaskan bahwa keseimbangan antara hardskill dan softskill sangat penting. Ia menyampaikan kutipan inspiratif: “Isilah otakmu dengan kegiatan positif karena suatu saat otakmu akan mengisi dompetmu.” Beliau juga menekankan bahwa kesehatan tidak ditentukan dari luar, tapi dari dalam diri sendiri.

Acara dilanjutkan dengan sesi dokumentasi, penyerahan sertifikat kepada keynote speaker, pembacaan doa oleh Almijan Wildanu, dan penutupan oleh MC. Setelah coffee break yang dipandu oleh panitia Nabila Salima dan Nazila Alsri Aulia, peserta mengungkapkan antusiasme mereka. Nizam mengaku tertarik karena judul seminar yang relevan, sementara Cantika dari SMA 9 datang karena ingin mendapatkan ilmu baru. Kegiatan ini pun semakin meriah dengan jargon: “Sadarkan diri, hempaskan panik!”

Penayangan short movie membuka sesi inti diskusi panel. Sesi ini dipandu oleh moderator Fitria, dan menghadirkan tiga narasumber hebat, yaitu Istiana Setiani, M.Psi., Psikolog, Nisa Praditya A., S.Psi, serta Miftahul Jannah selaku Ketua Umum FORSI. Ketiganya membahas pentingnya mengenal diri sebagai langkah awal dalam menghadapi gangguan kecemasan, khususnya panic attack.

Narasumber pertama, Istiana Setiani, M.Psi., Psikolog, menekankan bahwa mengenal diri adalah proses yang kompleks namun krusial. Ia mengulas dampak pola asuh terhadap pembentukan diri dan kecemasan, serta bagaimana afirmasi positif dan penerimaan diri dapat menjadi langkah awal pemulihan. Menurutnya, “Sebuah situasi hanya akan meledak jika kita membawa peledaknya”, menggambarkan bahwa kecemasan bisa dipicu oleh kondisi internal yang belum terselesaikan. Narasumber kedua, Nisa Praditya A., S.Psi, menjelaskan secara detail tentang panic attack, gejala fisik dan psikologisnya, serta bahayanya self-diagnose dari media sosial. Ia juga memperkenalkan teknik sederhana seperti grounding dan breathing exercise, serta menekankan pentingnya mencari bantuan profesional untuk mengatasi gangguan kecemasan secara tepat. Narasumber ketiga, Miftahul Jannah, menyampaikan bahwa dengan mengenal diri, seseorang dapat membangun hubungan yang lebih sehat dengan dirinya sendiri dan orang lain. Ia mengaitkannya dengan pencapaian subjective well-being dan aktualisasi diri menurut Maslow. Ia juga mendorong pentingnya peer support dan sharing sebagai bagian dari proses mengenali dan menerima diri.

Sesi diskusi berjalan hangat dengan pertanyaan dari peserta seputar kecemasan saat ujian komprehensif, overthinking, hingga pengalaman menangani korban self-harm. Para narasumber menjawab dengan penuh empati dan edukatif, disertai dengan penekanan pentingnya psychological first aid bagi orang awam. Acara dilanjutkan dengan sesi roleplay reflektif yang mengajak peserta menulis tiga hal positif dan negatif tentang diri mereka, melakukan simulasi “cermin sosial”, dan mengenal empat jendela diri: open self, hidden self, blind self, dan unknown self.

Di akhir sesi, dilakukan breathing exercise dan inner child healing yang ditutup dengan teknik butterfly hug. Kegiatan ditutup dengan penyerahan sertifikat kepada dua pemateri dan penutupan resmi oleh panitia.

SEMIFORSIONAL 2025 bukan sekadar seminar, tetapi menjadi pengalaman reflektif dan edukatif yang membekas di hati peserta.