Tangani Kecanduan Gadget dan Internet dengan Lima Langkah
SAHAPARID
Afrida Mulyaningrum
Fakultas Psikologi dan Ilmu Sosial Budaya
Universitas Islam Indonesia
A. Latar Belakang
Di era modern ini, sebagian besar masyarakat Indonesia tentu sudah tidak
asing lagi dengan istilah internet dan gadget. Internet maupun gadget biasa digunakan
sebagai media komunikasi dan afiliasi, transaksi belanja barang dan jasa, media
mencari informasi dan hiburan, hingga sebagai sarana coping bagi banyak orang
dalam menghadapi masalanya (Griffiths, 2000). Karena banyak fungsi yang
ditawarkan, internet dan gadget menjadi media yang dianggap mampu menjawab
berbagai kebutuhan manusia saat ini (Soliha, 2015). Maka, tidak heran jika kedua hal
ini kini telah menjadi gaya hidup bahkan kebutuhan bagi banyak orang di dunia dalam
menjalani kehidupan mereka sehari-hari. Secara keseluruhan di tahun 2018 ini,
Emarketer (2017) memperkirakan akan ada 3,65 miliar pengguna internet di seluruh
dunia. Sedangkan pada penelitian sebelumnya, Emarketer juga pernah mencatat telah
ada 83,4 juta orang pengguna internet di Indonesia pada tahun 2014 (Yusuf, 2014).
Dilihat dari animo masyarakat dunia yang begitu besar terhadap penggunaan
internet ini, tidak heran jika sekarang telah ditemukan jenis gangguan ketergantungan
baru di luar ketergantungan zat yaitu ketergantungan internet (internet addiction) dan
gadget (gadget addiction) karena banyaknya orang yang menggunakan internet dangadget mereka secara berlebihan. Ketergantungan internet dan gadget memiliki
aspek-aspek yang sama sehingga banyak orang sering menyamakan kedua gangguan
ini. Gangguan ketergantungan gadget menyangkut gangguan ketergantungan terhadap
seluruh benda-benda elektronik atau teknologi mesin, seperti televisi (Griffiths,2000).
Sedangkan, kecanduan internet mencakup aktivitas-aktivitas yang memerlukan
koneksi dengan internet, seperti bermain permainan daring, sosial media, dan belanja
secara daring. Aktivitas-aktivitas tersebut tentulah hanya bisa dinikmati dengan
gadget, sehingga ketergantungan internet ini bisa dikatakan sebagai bagian dari
ketergantungan gadget.
Gangguan ketergantungan internet/gadget ini mulai diperkenalkan sebagai
jenis gangguan baru pada pertengahan tahun 1990-an (Ginige, 2017, Chapter 8). Sejak
itu, mulai banyak peneliti yang menjadikan kedua gangguan ketergantungan tersebut
sebagai topik dalam penelitian mereka. Kecanduan internet maupun gadget
merupakan kondisi yang akan memberi banyak kerugian bagi para penderitanya.
Kerugian-kerugian tersebut bisa dalam bentuk gangguan kesehatan fisik, misal
kehilangan berat badan, dehidrasi, kelelahan (Haghighi, Wellington, & Vodanovich,
2017) hingga obesitas (Menglong, Yunlong, Yujia, Shaodan, & Xiaoqin, 2014).
Selain itu, kerugian dalam masalah psikososial dan kesehatan mental seperti
menurunya tingkat kesejahteraan subjektif (Jin & Spence, 2016), berkurangnya
kemampuan pemecahan masalah (Ibili, 2017), depresi (Haghighi et.al, 2017), serta
timbulnya masalah interpersonal dalam keluarga dan lingkungan sosial (Griffiths,
2000), akan sangat mungkin dialami oleh para pecandu.
Contoh-contoh masalah di atas hanyalah beberapa contoh dari berbagai
masalah yang mungkin muncul pada individu dengan kondisi kecanduan internet
maupun gadget mereka. Banyaknya masalah yang mungkin ditimbulkan tersebutmenjadi alasan mengapa kondisi ketergantungan internet dan gadget perlu ditangani.
Adanya gangguan ini pada individu biasanya tidak disadari bahkan oleh individu itu
sendiri. Kebiasaan menggunakan internet hingga menghabiskan waktu berjam-jam
tanpa henti dianggap hal yang biasa. Sehingga, seringnya individu baru ditangani saat
gangguan ini sudah pada tingkatan berat. Jika ketergantungan internet atau gadget ini
masih pada tingkatan ringan, hal ini sebenarnya masih mudah untuk ditangani. Oleh
sebab itu, esai ini berusaha untuk menawarkan solusi sederhana sebagai penaganan
awal yang dapat dilakukan oleh individu-individu dari berbagai kalangan jika mereka
mengalami kecanduan internet atau gadget.
B. Lima Langkah Penanganan Awal saat Kecanduan Gadget dan Internet
(SAHAPARID)
Kondisi ketergantungan internet dan gadget merupakan kondisi dimana
penderita tidak mampu menahan hasrat atau keinginan untuk mengakses internet dan
memainkan gadget secara terus-menerus hingga timbul masalah-masalah terkait fisik,
psikis, dan sosial. Ketergantungan ini sebenarnya masih mudah ditangani jika tingkat
kecanduan penderita masih pada tingkatan rendah atau ringan. Berikut adalah lima
langkah SAHAPARID sebagai penanganan awal yang dapat dilakukan oleh individuindividu yang mengalami kecanduan internet dan gadget. Langkah-langkah di bawah
ini bertujuan guna mencegah kondisi ketergantungan tersebut menjadi lebih berat.
Langkah-langkah yang dimaksud adalah sebagai berikut:
1. Sadari (SA)
Sadari bahwa penggunaan internet dan gadget yang berlebihan akan
menimbulkan banyak dampak buruk bagi diri sendiri dan mungkin juga orang
lain di sekitar kita. Kesadaran ini perlu ada pada individu pecandu karena denganadanya kesadaran ini, pecandu akan lebih mewawas diri terhadap kondisinya,
lebih memahami tentang gangguan yang dideritanya, serta lebih membatasi
dirinya dalam menggunakan internet/gadget guna mengurangi efek-efek buruk
akibat dari kecanduan tersebut. Saat individu pecandu sudah memiliki kesadaran
tentang gangguan yang dideritanya ini, maka langkah-langkah pencegahan dan
proses penyembuhan akan lebih efektif untuk dilakukan.
2. Hapus Aplikasi yang Menyebabkan Ketergantungan (HA)
Langkah yang dapat dilakukan selanjutnya adalah menghapus aplikasi-aplikasi
dalam gadget yang dapat mengacaukan pikiran saat sedang tidak mengaksesnya.
Salah satu aspek ketergantungan internet maupun gadget adalah salience.
Saliance merupakan kondisi dimana pecandu mengalami modifikasi kognitif
terhadap internet/gadget (Griffiths, 2000). Sehingga pikiran pecandu mengalami
kekacauan karena selalu memikirkan internet bahkan saat dia tidak mengaksesnya
(Griffiths, 2000; Khazaal et.al, 2012). Oleh karena itu, langkah ini bisa menjadi
langkah awal untuk mengurangi gejala salience pada para pecandu.
3. Perbanyak Aktivitas dan Atur Waktu Penggunaan Internet (PA)
Langkah ketiga adalah memperbanyak aktivitas yang tidak membutuhkan akses
internet maupun bantuan gadget. Aktivitas-aktivitas tersebut seperti
memperbanyak olah raga dan ibadah yang telah diketahui dapat meningkatkan
kesehatan mental atau pun aktivitas lainnya yang dapat mengalihkan pikiran serta
perhatian dari internet dan gadget. Selain itu, mengatur waktu dalam penggunaan
internet juga sangat diperlukan. King, Delfabbro, Griffiths, & Gradisar (2012)
menyebutkan bahwa terapi Tech-free Time atau terapi bebas gadget dalam waktu
tertentu merupakan salah satu contoh CBT yang efektif dalam menangani
kecanduan internet. Sedangkan, untuk mengurangi efek withdrawal padapecandu, pembatasan waktu penggunaan internet dan gadget perharinya adalah
solusi terbaik (King et.al, 2012).
4. Relasi dan Interaksi Sosial Ditingkatkan (RI)
Relasi dan interaksi dengan lingkungan sosial seperti keluarga, teman dan
sahabat, lingkungan sekolah atau pun tempat kerja dinilai mampu meningkatkan
tingkat kebermaknaan dalam hidup seseorang (Napitupulu, Nashori, &
Kurniawan, 2007). Hal ini tentu akan berimplikasi pada meningkatnya tingkat
kesehatan mental individu tersebut. Selain itu, interaksi sosial ini juga dapat
dijadikan sebagai pengalihan pikiran pecandu dari internet/gadget serta sebagai
sarana dalam memperbaiki hubungan interpersonal yang mungkin rusak akibat
dari kondisi kaecanduan tersebut. Seperti yang di sebutkan oleh Griffiths (2000),
orang dengan ketergantungan internet biasanya memiliki masalah dalam
hubungan interpersonal mereka. Aspek ini disebut aspek konflik. Oleh sebab itu,
langkah keempat ini mungkin menjadi langkah efektif dalam mengurangi aspek
konflik pada pecandu internet dan gadget.
5. Datangi Psikiater atau Psikolog (D)
Langkah terakhir yang dapat ditempuh jika keempat langkah sebelumnya tidak
memberi perubahan adalah dengan mendatangi tenaga kesehatan mental seperti
psikiater atau psikolog. Hal ini perlu dilakukan guna mencegah hal-hal yang lebih
buruk terjadi pada pecandu saat mereka belum mampu menanganinya sendiri.
Dengan berkonsultasi kepada tenaga ahli psikis ini, para pecandu akan
menemukan lebih banyak informasi tentang langkah-langkah penyembuhan yang
tepat dan lebih efektif sesuai dengan keadaan pecandu, misalnya adalah jenis
terapi.
C. Kesimpulan
Kecanduan internet dan gadget merupakan kondisi dimana seorang individu tidak
mampu menahan keinginan untuk terus-menerus mengakses internet dan
menggunakan gadget. Kondisi kecanduan ini mengakibatkan timbulnya berbagai
masalah kesehatan fisik, psikis, dan sosial sehingga perlu adanya penanganan. Salah
satu bentuk penangan awal yang bisa dilakukan oleh pecandu internet atau pun gadget
yang masih berada pada tingkat kecanduan rendah adalah lima langkah
SAHAPARID. Lima langkah yang dimaksud yaitu: Sadari (Sa); Hapus aplikasiaplikasi yang membuat ketergantungan (Ha); Perbanyak aktivitas dan atur waktu
penggunaan internet/gadget (Pa); Relasi dan interaksi sosial ditingkatkan (RI); dan
Datangi Psikiater/Psikolog jika keempat langkah sebelumnya tidak memberi
perubahan (D). Lima langkah sederhana ini bisa menjadi langkah yang efektif untuk
dijalankan oleh masyarakat dari berbagai kalangan saat mereka mengalami kecanduan
internet atau pun gadget.
D. Daftar Pustaka
Ginige, P. (2017). Internet Addiction Disorder. Dalam M. H. Maurer (Ed.), Child and
Adolescent Mental Health (pp. 141-163). n.p: Intech Open. doi:
10.5772/66966
Griffiths, M. (2000). Does internet and computer “addiction” exist? Some case study
evidence. Cyberpsychology & Behavior, 3(3), 211-218.
Haghighi, B., Wellington, R., & Vodanovich, S. (2017). Revision and evaluation of
internet addiction. Addiction Research Bulletin, 20(2).
Ibili, E. (2017). Internet addiction levels and problem-solving skills in the teaching
profession: An investigation. Acta Didactica Napocensia, 10(4), 93-107Jin, H., & Spence, E. H. (2016). Internet addiction and well-being: Daoist and stoic
reflections. DAO, 15, 209-225. doi: 10.1007/s11712-016-9488-8
Khazaal, Y., Chatton, A., Horn, A., Achab, S., Thorens, G., Zullino, D., et.al. (2012).
French validation of compulsive internet use scale (CIUS). Psychiatr Q, 83,
397-405. doi: 10.1007/s11126-012-9210-x
King, D. L., Delfabbro, P. H., Griffiths, M., & Gradisar, M. (2012). Cognitivebehavioral approaches to outpatient treatment of internet addiction in
children and adolescents. Journal of Clinical Psychology, 68, 1185-1195.
doi: 10.1002/jclp.21918
Soliha, S. V. (2015). Tingkat ketergantungan pengguna media sosial dan kecemasan
sosial. Jurnal Interaksi, 4(1), 1-10.
Yusuf, O. (2014, 24 November). Pengguna internet Indonesia nomor enam dunia.
Kompas. Dikutip dari
http://tekno.kompas.com/read/2014/11/24/07430087/Pengguna.Internet.Indo
nesia.Nomor.Enam.Dunia
Menglong, L., Yunlong, D., Yujia, R., Shaodan, G., & Xiaoqin, H. (2014). Obesity
status of middle school students in Xiangtan and its relationship with internet
addiction. Obesity, 22(2), 482-487. doi: 10.1002/oby.20595
Napitupulu, L., Nashori, F. H., & Kurniawan, I. N. (2007). Pelatihan adversity
intelligence untuk meningkatkan kebermaknaan hidup pada remaja panti
asuhan. Jurnal Pemikiran dan Penelitian Psikologi, 2(23), 41-56.
Internet users and penetration worldwide 2016-2021. (2017, 5 April). Dikutip pada 7
Februari, 2018, dari Emarketer, Emarketer Chart website,
http://www.emarketer.com/Chart/Internet-Users-Penetration-Worldwide-
2016-2021-billions-of-population-change/206259